Explore Kuala Lumpur Day 2: Cerita dari Pasar Seni

11:55 PM


Setelah puas mengelilingi Petaling Street di hari keduaku di Kuala Lumpur, aku memutuskan untuk melanjutkan petualangan ke sebuah tempat yang sejak awal sudah masuk dalam bucket list perjalananku: Pasar Seni Kuala Lumpur, atau dikenal juga dengan nama Central Market. Lokasinya yang hanya sekitar 10 menit jalan kaki dari Petaling Street membuatnya jadi tujuan yang mudah dijangkau, apalagi bagi pejalan kaki seperti aku yang memang senang menikmati suasana kota dengan berjalan santai.

Dari luar, Pasar Seni mungkin terlihat seperti bangunan tua biasa dengan nuansa kolonial. Tapi begitu melangkah masuk ke dalamnya, suasana langsung berubah. Aku seperti masuk ke dunia yang penuh warna, seni, dan cerita. Tempat ini bukan sekadar pasar biasa, ia adalah ruang pertemuan budaya, ekspresi, dan kreativitas lokal.

Sekilas Tentang Pasar Seni dan Lokasinya



Pasar Seni Kuala Lumpur awalnya adalah pasar basah yang dibangun pada tahun 1888. Tapi seiring waktu, fungsinya bertransformasi menjadi pusat seni dan budaya. Pemerintah Malaysia merenovasi tempat ini menjadi ruang bagi seniman dan pengrajin untuk menjual hasil karya mereka, dan sampai sekarang, tempat ini dikenal sebagai destinasi wajib bagi pencinta seni dan oleh-oleh khas Malaysia.

Lokasinya sangat strategis, berada di jantung kota dan dikelilingi banyak spot menarik. Di sekitarnya kamu bisa menemukan Masjid Jamek, Dataran Merdeka, dan sungai Klang yang kini dipercantik dengan area pedestrian dan instalasi seni. Akses ke Pasar Seni juga sangat mudah, kalau naik LRT, tinggal turun di stasiun Pasar Seni, dan pintu masuk pasar hanya beberapa langkah dari sana.

Awalnya Cuma Mau 2 Jam, Ternyata…


Aku datang sekitar jam 11 siang. Awalnya, aku merencanakan hanya akan berada di sana selama dua jam. Tapi seperti biasa, rencana tinggal rencana. Sebagai anak yang suka barang-barang handmade, kerajinan tangan, dan benda-benda kecil penuh karakter, aku terjebak dengan senang hati di dalam pasar ini selama lebih dari empat jam.



Ada sesuatu yang menyenangkan dari sekadar berjalan dari satu toko ke toko lain, mengamati benda-benda unik, bertukar senyum dengan penjaga toko, atau hanya duduk di sudut sambil memperhatikan wisatawan dari berbagai negara. Rasanya hangat dan hidup.

this reminds me of Nooenny's vibes!


Apa Saja yang Dijual di Pasar Seni?

Barang-barang yang dijual di Pasar Seni sangat bervariasi. Mulai dari produk tradisional Malaysia, hasil kerajinan tangan lokal, sampai barang-barang modern dengan sentuhan seni. Di sini, kamu akan menemukan deretan toko kecil yang menjual:

  • Batik Malaysia: dari kain, baju, hingga aksesori. Beberapa butik bahkan menawarkan custom batik painting langsung di tempat.
  • Souvenir khas Malaysia seperti gantungan kunci, magnet kulkas, mug, dan miniatur Twin Tower. Meski terdengar mainstream, desainnya sangat kreatif dan beberapa di antaranya merupakan hasil karya seniman lokal.
  • Kerajinan dari kayu dan rotan: ada topeng, alat musik mini, serta tempat penyimpanan kecil dari anyaman.
  • Perhiasan etnik: gelang, kalung, dan anting dengan sentuhan budaya Melayu, India, dan Tionghoa.
  • Dan masih banyak lagi!


ada sedikit penyesalan setelah balik, kenapa nggak bawa pulang kebaya ini ...


Salah satu sudut yang bikin aku berhenti agak lama adalah area Tulis Lukis, toko kecil yang penuh dengan barang-barang kertas lucu, hasil karya seniman lokal. Sebagai pengkoleksi postcard, aku merasa seperti menemukan harta karun. Ada banyak sekali postcard dengan ilustrasi lucu, pemandangan khas Malaysia, hingga gaya vintage yang estetik banget. Setiap postcard seperti punya kepribadian sendiri. Ada yang digambar tangan, ada juga yang dicetak dari ilustrasi digital penuh warna. Rasanya pengen bawa pulang semuanya!

Beli Apa Aja di Pasar Seni?

Tentu saja aku nggak pulang dengan tangan kosong.

Beli postcard di Toko Tulis

Barang pertama yang langsung masuk ke tas belanjaku adalah beberapa postcard ilustrasi lokal dari toko Tulis Lukis. Sebagai kolektor postcard, rasanya puas banget bisa nemu postcard dengan gaya yang nggak biasa dan penuh karakter.
 
Selain itu, aku juga membeli jilbab motif dan juga pashmina sebagai oleh-oleh untuk teman dekat dan untuk diri sendiri. Bahannya ringan, warnanya lembut berbeda dengan yang biasa aku beli di Indonesia.

Jujur, setelah pulang ke penginapan, aku agak menyesal. Rasanya pengen balik lagi dan beli lebih banyak barang-barang lucu yang sempat aku lewati. Banyak banget hal kecil yang menarik dan layak dibawa pulang, tapi karena waktu terbatas (dan mungkin terlalu menikmati suasananya), beberapa kesempatan terlewat begitu saja.

Suasana dan Kenangan yang Menempel

Yang membuat Pasar Seni istimewa bukan hanya barang-barangnya, tapi suasana yang dibangun dari interaksi antar manusia dan budaya di dalamnya. Rasanya hangat, ramai tapi tetap akrab. Setiap sudut terasa hidup. Bahkan suara musik tradisional yang kadang terdengar dari speaker atau pertunjukan live di area terbuka benar-benar menambah nuansa lokal yang menyenangkan.
 
Aku sempat mampir ke food court di lantai dua untuk istirahat sebentar dan mengisi perut. Pilihanku jatuh pada semangkuk tom yum panas yang aromanya menggoda sejak pertama kali lewat.

Rasanya? Sebenernya biasa saja sih, cukup pedas dan segar, pas banget disantap setelah keliling dari satu toko ke toko lain. Rasanya sudah tidak mampu berpikir alternatif lain untuk makan karena sudah lelah berkeliling.


Sebagai pelengkap, aku juga pesan es kelapa, manis dan menyegarkan, jadi penutup yang pas setelah makan makanan berkuah.

Tips Buat Kamu yang Mau ke Pasar Seni

  1. Datang lebih pagi supaya bisa lebih santai dan menghindari keramaian.
  2. Bawa uang tunai, meskipun banyak toko sudah terima pembayaran digital, tapi beberapa pedagang kecil masih lebih nyaman dengan uang tunai.
  3. Tawar dengan sopan kalau kamu merasa harganya bisa dinego. Tapi ingat, harganya rata-rata sudah cukup wajar untuk barang handmade.
  4. Luangkan waktu lebih dari dua jam, percaya deh, kamu nggak akan cukup kalau cuma sebentar.
  5. Jangan lupa eksplor area luar pasar, karena ada beberapa kios seniman jalanan dan mural yang juga menarik buat dijelajahi.

Penutup: Pasar Seni, Tempat yang Menyentuh Jiwa

Hari itu, aku pulang ke penginapan dengan hati yang penuh. Bukan karena banyak belanja, tapi karena aku merasa terhubung dengan kota ini lewat seni dan orang-orangnya. Pasar Seni bukan cuma tempat untuk membeli barang, tapi tempat untuk merasakan Kuala Lumpur yang sebenarnya, hangat, beragam, dan penuh warna.

Yang membuat kunjungan ini semakin spesial adalah karena aku memang penggemar barang-barang handmade. Setiap sudut Pasar Seni seakan berbicara dalam bahasa yang akrab, penuh detail dan ketulusan. Rasanya seperti mengisi ulang energi kreatifku. Banyak ide baru yang langsung muncul untuk Nooenny—brand kecilku yang juga lahir dari kecintaan pada hal-hal sederhana dan buatan tangan.

Kalau kamu berkesempatan ke Kuala Lumpur, sempatkan waktu untuk datang ke sini. Duduklah, amati, dan biarkan dirimu hanyut dalam atmosfernya. Siapa tahu, kamu akan menemukan sesuatu yang bukan cuma bisa dibawa pulang, tapi juga menetap di dalam hati.

You Might Also Like

0 komentar